Potensi Rumput Laut
1
1. Pengantar rumput laut secara umum
Rumput laut adalah tumbuhan ganggang multiseluler yang hidup di perairan dan tergolong ke dalam divisi Thallophyta. Divisi ini meliputi tumbuh-tumbuhan yang memiliki ciri utama tubuh yang berbentuk talus. Tumbuhan talus merupakan tumbuhan yang struktur tubuhnya masih belum bisa dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun disebut dengan tumbuhan kormus.
Ciri lain dari tumbuhan talus ini adalah tersusun oleh satu sel yang berbentuk bulat hingga banyak sel yang kadang-kadang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi (sudah mengalami diferensiasi). Cara hidup pada tumbuhan talus ada tiga cara yaitu : autotrof (asimilasi dengan fotosintesis), heterotrof dan simbiosis. Divisi Thallophyta memiliki 3 sub divisi antara lain ganggang (alga), jamur (fungi), lumut kerak (lichens). Rumput laut termasuk ke dalam sub divisi ganggang (alga) khususnya makroalga. Struktur rumput laut secara keseluruhan merupakan batang yang disebut thallus, tidak memiliki akar sejati, batang dan daun seperti pada tanaman tingkat tinggi. Bentuk akar alga laut disebut holdfast, yang berfungsi sebagai alat untuk melekat pada dasar perairan.
2. Produksi rumput laut di Indonesia
Tahun 2010 Indonesia berhasil menggeser posisi Filipina (31,9%) dengan kontribusi sebesar 60,5% (Sulawesi, Nusa Tenggara dan Bali).
Rumput laut yang dibudidayakan di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan warna yaitu: (1) rumput laut merah (Rhodophyceae), yaitu sekitar 452 jenis; (2) rumput laut hijau (chlorophyceae), ditemukan sekitar 196 jenis; (3) rumput laut coklat (Phaeophyceae) sekitar 134 jenis; dan (4) rumput laut pirang (Chrysophyceae).
a. Produksi Indonesia
b. Perbandingan produktivitas rumput laut Indonesia dan negara lainnya
3. Habitat dan sebaran berbagai jenis rumput laut di Indonesia
a. Habitat Rumput Laut
b. Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut
Pemilihan lokasi adalah salah satu faktor terpenting dalam melakukan budidaya rumput laut, sehingga sering dikatakan kunci keberhasilan budidaya rumput laut terletak pada ketepatan pemilihan lokasi.
Syarat Pemilihan Lokasi
- Lokasi tidak dekat dengan sumber air tawar
- Kondisi air terlihat cerah dan jernih, supaya fotosintesis lancar
- Salinitas media penanaman rumput laut di atas 30 ppt
- Lokasi yang dipilih tidak memiliki arus tinggi
- Dasar lokasi budidaya rumput laut dominan berpasir
- Jika pada saat surut, masih terairi air laut tinggi minimal 30 cm
- Lokasi berada di teluk yang terlindungi dari arus
- Secara alami daerah tersebut telah ditanami rumput laut
Berikut ini 5 tahapan untuk dapat memperoleh hasil yang optimal dan berkelanjutan (Dahuri, 2003), yaitu meliputi:
- kegiatan inventarisasi dan pemetaan potensi sumberdaya lahan (merupakan tahapan awal yang harus dilakukan)
- penataan ruang wilayah pesisir
- rencana investasi dan pengembangannya sesuai dengan peta tata ruang yang dihasilkan,
- kebijakan/tahapan-tahapan pengelolaan,
- menciptakan sistem usaha yang kondusif.
c. Bentang Alam
Kondisi bentang alam lokasi budidaya rumput laut sangat terkait dengan aspek keterlindungan. Perairan harus cukup tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak yang kuat karena arus yang baik akan membawa nutrisi bagi tumbuhan, tumbuhan akan bersih karena kotoran maupun endapan yang menempel akan hanyut oleh arus.
d. Substrat Perairan
Kondisi substrat perairan sangat terkait dengan pertimbangan metode budidaya yang akan dilaksanakan. Kawasan terumbu karang dapat dijadikan lokasi penanaman rumput laut dengan menggunakan metode tali rawai, namun penggunaan tiang pancang (patok) dilarang untuk diterapkan pada areal ini karena akan memberi pengaruh pada kelestarian lingkungan perairan tersebut.
4. Pengelompokan jenis rumput laut
a. Pengelompokan rumput laut berdasarkan percabangan thallus
b. Pengelompokan rumput laut berdasarkan kandungan pigmen
Rumput laut dibagi menjadi tiga kelas, berdasarkan kandungan pigmennya yang paling menonjol, yaitu :
1) Rhodophyceae (Alga Merah)
2) Phaeophyceae (Alga Coklat)
Phaeophyceae atau alga coklat lebih dikenal sebagai klep atau “rockweed”, merupakan rumput laut penghasil alginate. Hampir semua jenis ini hidup di laut dan melekat pada suatu substrat yang keras. Cadangan makanannya terutama berupa karbohidrat yang disebut laminarin. Rumput laut jenis ini 30 dijumpai hampir di semua lautan dengan kedalaman tidak lebih dari 20 m.
3) Chlorophyceae (Alga Hijau)
Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau termasuk dalam divisi chlorophyceae bersama charophyceae. Divisi ini berbeda dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilisasi beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilose dan amilopektin.
c. Pengelompokan rumput laut berdasarkan kandungan koloid
Rumput laut dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan koloid yang terkandung didalamnya. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
1) Karaginofit
Karaginofit adalah rumput laut yang mengandung bahan utama polisakarida karagin. Rumput laut yang banyak mengandung karaginan adalah dari marga Eucheuma.
2) Agarofit
Agarofit adalah rumput laut yang mengandung bahan utama polisakarida agar-agar keduanya merupakan rumput laut merah (Rhodophyceae). Jenis-jenis rumput laut tersebut adalah Gracilaria spp. Gelidium spp. dan Gelidiella spp. Agar-agar merupakan senyawa kompleks polisakarida yang dapat membentuk jeli. Kualitas agar-agar dapat ditingkatkan dengan suatu proses pemurnian yaitu membuang kandungan sulfatnya. Produk ini dikenal dengan nama agarose.
3) Alginofit
Alginofit adalah rumput laut coklat (Phaeophyceae) yang mengandung bahan utama polisakarida alginat. Alginofit adalah jenis rumput laut penghasil alginat. Algin merupakan komponen utama dari getah ganggang coklat (Phaeophyceae), dan merupakan senyawa penting dalam dinding sel spesies ganggang yang tergolong dalam kelas Phaeophyceae. Secara kimia, algin merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang panjang.
5. Komoditas rumput laut ekonomis penting di Indonesia
a. Eucheuma sp
b. Gracilaria sp
Gracilaria sp. termasuk dalam kelas alga merah (Rhodophyta) dengan nama daerah yang bermacam-macam, seperti sango-sango, rambu kasang, janggut dayung, dongidongi, bulung embulung, agar-agar karang, agar-agar jahe, blung sangu, dan lain-lain.
Rumput laut jenis ini yang lebih dikenal dengan Gracilaria, memiliki banyak jenis dengan sifat-sifat morfologi dan anatomi berbeda-beda seperti: Gracilaria confervoides, Gracilaria gigas, Gracilaria lichenoides, Gracilaria crasa, Gracilaria blodgettii, Gracilaria arcuta, Gracilaria taenio ides, Gracilaria eucheumoides, dan banyak lagi.
c. Sargassum sp
Salah satu hasil rumput laut Indonesia yang juga merupakan komoditas ekspor adalah rumput laut Sargassum. Rumput laut jenis ini bukan termasuk komoditas budidaya dan masih dipanen dari alam, tumbuh sepanjang tahun dengan panjang thallus dapat mencapai 1 hingga 3 meter. Sargassum adalah salah satu genus dari kelompok rumput laut coklat yang merupakan genera terbesar dari family sargassaceae.
d. Gelidium sp
Rumput laut jenis ini merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah).
e. Acanthophora spicifera
Rumput laut jenis Acanthopora sp. merupakan salah satu contoh Rhodophyta (rumput laut merah).
f. Chondrococcus hornemannii
Rumput laut jenis C. hornemannii merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah).
g. Hypnea sp
Rumput laut jenis Hypnea sp.merupakan salah satu contoh Rhodophyta (rumput laut merah).
h. Ulva lactuca
Rumput laut jenis Ulva sp.atau selada laut (sea lettuce) adalah rumput laut yang tergolong dalam divisi Chlorophyta (rumput laut hijau)
i. Turbinaria sp
Rumput laut jenis Turbinaria sp. ini merupakan rumput laut yang tergolong dalam divisi Phaeophyceae (rumput laut coklat).
6. Potensi pengembangan dan manfaat rumput laut
Rumput laut (Seaweed) merupakan komoditi yang sangat penting dewasa ini. Hal ini terlihat dari berbagai produk yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang menggunakan rumput laut sebagai bahan bakunya.
Rumput laut merupakan produk serbaguna yang dapat digunakan langsung untuk dikonsumsi atau diolah menjadi makanan tambahan, makanan ternak, pupuk, biofuel, kosmetik, obat- obatan dan sebagainya (Valderrama, et. al., 2013). Berkembangnya teknologi telah mendorong penggunaan produk ini menjadi lebih luas sehingga mendorong permintaan dan produksi di berbagai negara.
7. Pengelompokan jenis rumput laut
8. Komoditas rumput laut ekonomis penting di Indonesia
9. Potensi pengembangan dan manfaat rumput laut
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 : TEKNIK PEMBIBITAN KOMODITAS RUMPUT LAUT
1. Penyeleksian bibit rumput laut
a. Pembibitan Eucheuma sp
1) Penyeleksian bibit rumput laut
Terdapat beberapa ciri-ciri bibit rumput laut yang bagus, yaitu:
- Umur rumput laut untuk bibit adalah 25-30 hari.
- Bercabang banyak atau rimbun.
- Tidak ada bercak, tidak mengelupas dan tidak berlendir.
- Segar dan lentur (tidak layu).
- Tidak terserang penyakit.
- Mulus (tidak terluka) dan tidak patah-patah.
- Bau yang alami (segar).
- Tidak ditumbuhi lumut atau tanaman penempel.
- Terdapat banyak calon thallus / anakan rumput laut.
2) Penanganan bibit
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penanganan bibit yang baik:
- bibit tidak pernah terkena air tawar atau air hujan;
- tidak terkena minyak;
- bibit tidak terkena cahaya matahari secara langsung selama 2 jam; x bibit dijauhkan dari sumber panas;
- menghindari bibit dari tumpukan benda;
- bibit dalam keadaan basah atau lembab;
- menghindari dari permukaan kasar untuk mengurangi luka akibat gesekan;
- disimpan pada tempat teduh dan terlindung dari angin
3) Pembaharuan bibit
· Kultur Jaringan
Untuk mendapatkan bibit rumput laut dengan sel-sel muda (induk), maka harus dilakukan pengembangbiakan (breeding) atau melalui kultur jaringan. Proses pengembangbiakan sampai mendapatkan bibit baru membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.
· Seleksi Varietas
Cara pembaruan bibit yang dapat di aplikasikan di lapangan adalah dengan seleksi varietas
4) Pengendalian hama dan penyakit ikan
· Penyakit Ice-ice
Penyakit ice-ice banyak menyerang rumput laut dan merupakan salah satu masalah besar bagi petani.
· Gulma
Gulma menjadi salah satu masalah ketika melakukan pembibitan rumput laut. Gulma dapat menempel dan merusak rumput laut, sehingga dapat menghambat pertumbuuhan bibit rumput laut
5) Pengangkutan dan penanganan bibit rumput laut
6) Pengikatan bibit
Sebelum melakukan pengikatan bibit, pastikan lahan (konstruksi sarana budidaya) sudah siap untuk dilakukan penanaman. Bersihkan tali bentangan 93 beserta tali pengikat bibitnya (coban) dari lumut atau organisme penempel, dengan cara dikeringkan. Apabila menggunakan tali baru, maka sebaiknya tali direndam terlebih dahulu minimal satu hari untuk menghilangkan zat yang menghambat pertumbuhan rumput laut.
b. Pembibitan Gracilaria
1) Kriteria rumput laut yang baik
a) Sisi Kuantitatif
Dari segi kuantitatifnya, pemilihan bibit rumput laut Glasilaria dapat dilihat dari beberapa kriteria, yaitu:
- umur 25 hari – 30 hari.
- panjang talus/bibit minimal 10 cm.
- pertumbuhan bobot minimal 5 kali lipat dari bobot awal dalam masa pemeliharaan 25 hari – 30 hari.
- talus/bibit mempunyai minimal 10 cabang.
- diameter talus/bibit minimal 0,5 mm.
b) Sisi Kualitatif
Dari segi kualitatifnya, pemilihan bibit rumput laut Glasilaria dapat dilihat dari beberapa ciri-ciri, yaitu:
- warna: kecoklatan mengkilap
- talus/bibit: licin, segar, tidak berlendir, dan tidak berbau amis.
- tekstur: elastis atau tidak mudah patah.
- bentuk: silindris, ujung talus/bibit meruncing, percabangan tidak beraturan, memusat pada bagian pangkal.
- kesehatan: bebas penyakit, bersih dari kotoran, lumut dan organisme penempel lainnya.
2) Cara evaluasi bibit rumput laut Glasilaria
Untuk menilai apakah bibit rumput laut yang digunakan dalam kategori yang baik, maka perlu dilakukan pengambilan contoh bibit rumput laut yang akan digunakan
3) Praproduksi
Kegiatan praproduki adalah rangkaian kegiatan persiapan dalam memproduksi bibit rumput laut grasilaria dengan persyaratan yang harus dipenuhi meliputi lokasi, sumber air, talus/bibit/bibit, peralatan, dan bahan lainnya
4) Peralatan
- Peralatan: gunting, gergaji, pisau, keranjang/basket, alat pengapung atau rakit, terpal, timbangan, kantong berpori atau karung, dan saringan pintu air.
- Alat pengukur kualitas air: termometer, hand refraktosalinometer atau salinometer, pH meter atau kertas lakmus, dan secchi disc.
5) Bahan
balok; kapur pertanian; papan/bambu/paralon; pupuk organik; pupuk anorganik; saponin; talus/bibit.
6) Proses produksi
- Persiapan tambak
- Penebaran talus/bibit
- Pemeliharaan
- Panen
c. Transfortasi Bibit
Sedikitnya ada dua hal yang harus diperhatikan dalam transportasi benih. Pertama adalah pengepakan/pengemasan dan kedua adalah penanganan selama pengangkutan. Kedua faktor tersebut akan menentukan keberhasilan dalam mempertahankan kesegaran bibit sampai di lokasi tujuan.
d. Sarana Pengemasan Bibit Rumput Laut Kotoni
- Bahan
- Alat
- Prosedur
2. Pengendalian hama dan penyakit bibit rumput laut
Jika terjadi serangan hama, penyakit, maupun gulma selama 10 hari terusmenerus, sebaiknya segera dilakukan panen. Jika terjadi serangan hama, penyakit, maupun gulma secara terus menerus selama 1 tahun yang mengakibatkan kematian pada bibit atau menimbulkan kerusakan pada rumput laut yang masih berumur kurang dari 20 hari, sebaiknya lokasi budidaya dialihkan
3. Pelaksanakan pemanenan bibit rumput laut
a. Cara Panen
Lama pemeliharaan 40 hari, 45 hari, 55 hari tergantung jenis spesiesnya (Euchema dan Glasilaria)
- Dipanen secara indidual
- Dipotong satu-satu
- Dipanen per tali ris
- Panen total diambil semua ke perairan, tergantung kondisi, karena ada kelebihan dan kekurangannya
b. Setelah Panen
- Membersihkan rumput laut dari hama dan parasit
- Waktu pengeringan digantung, supaya bersih
- Kadar air diinginkan, biasanya dari 7 kg menjadi 1 kg
c. Yang dilakukan selama pengeringan
- Harus selalu bersih
- Penjemuran 2 – 3 hari
- Kandungan air 35 – 40%
d. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama pengeringan
- Hindari kontak dengan pasir
- Hindari pengukusan, supaya tidak hadir
- Hindari kontak dengan air tawa, supaya tidak busuk
e. Bagaimana selama penyimpanan
- Jangan terlalu lama disimpan di tempat penyimpanan
- Sebaiknya tempat penyimpanan ada pentilasi agar ada sirkulasi udara, tidak lembab
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 : TEKNIK BUDIDAYA KOMODITAS RUMPUT LAUT
1. Lokasi, sarana dan prasana budidaya rumput laut secara umum
a. Lokasi
Faktor utama yang menentukan keberhasilan pembudidayaan Rumput Laut adalah pemilihan lokasi. Pemilihan lokasi harus memperhatikan daya dukung perairan yang disesuaikan dengan metode budidaya yang akan digunakan dan memenuhi beberapa persyaratan, yaitu
- Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K);
- Tersedianya transportasi dan komunikasi yang memadai;
- Mendapatkan sumber cahaya matahari yang cukup;
- Berada pada Kawasan terhindar dari banjir rutin dan pengaruh pencemaran limbah bahan beracun dan berbahaya;
- Harus terlindung dari gelombang, angin kencang, dan pergerakan air teratur;
- Jauh dari muara sungai sehingga terhindar dari fluktuasi salinitas dan kekeruhan air;
- Mudah terjangkau;
- Tidak terdapat pada alur pelayaran;
- Bukan daerah penangkapan ikan
b. Prasarana
Prasarana yang diperlukan untuk mendukung pembudidayaan rumput laut, yaitu:
- tempat penanganan bibit didesain dan dibuat secara semi permanen/permanen, sehingga dapat terlindung dari panas matahari, hujan, dan angin kencang;
- konstruksi infrastruktur harus mempertimbangkan fungsi konservasi dan meminimalisir gangguan terhadap lingkungan sekitar;
- tempat penanganan panen dan pasca panen bebas dari potensi kontaminasi, aman bagi pembudi daya, dan tidak merusak lingkungan;
- toilet dan septic tank apabila diperlukan di unit pembudidayaan, lokasinya harus dapat mencegah atau meminimalisasi pencemaran pada unit pembudidayaan Rumput Laut.
c. Sarana
Sarana yang digunakan untuk mendukung pembudidayaan rumput laut yaitu:
- Bibit memiliki mutu yang baik, adaptif terhadap calon lokasi budidaya, dan tahan terhadap penyakit;
- Pupuk hanya digunakan apabila diperlukan, harus memenuhi persyaratan kemanan pangan dan lingkungan, serta digunakan sesuai petunjuk penggunaan;
- Peralatan budidaya terbuat dari bahan yang ramah lingkungan, tidak beracun, tidak korosif.
2. Budidaya rumput laut kotoni dengan metode lepas dasar
Metode lepas dasar digunakan untuk pembesaran rumput laut jenis Euchema cotonii dan Eucheuma spinosum.
Metode lepas dasar merupakan cara membudidayakan rumput laut di atas dasar perairan pada 10 (sepuluh) cm sampai dengan 50 (lima puluh) cm dengan menggunakan tali yang diikatkan pada patok yang dipasang secara teratur. Urutan kegiatannya meliputi:
- Pemilihan lokasi
- Areal produksi
- Peralatan
- Pengikatan bibit
- Penanaman bibit
- Pemeliharaan
- Monitoring rumput laut
3. Budidaya rumput laut kotoni dengan metode longline
Metode rawai (long line) digunakan untuk Pembesaran Rumput Laut jenis Euchema cotonii, Eucheuma spinosum, dan Gracillaria sp.
Metode rawai (long line) merupakan cara membudidayakan Rumput Laut di kolom air (eupotik) dekat permukaan perairan dengan menggunakan tali yang dibentangkan dari satu titik ke titik yang lain dengan minimal panjang 25 (dua puluh lima) m sampai dengan 100 (seratus) m, dapat dalam rangkaian berbentuk segi empat dengan bantuan pelampung dan jangkar. Urutan kegiatannya meliputi:
- Pemilihan lokasi
- Konstruksi
- Peralatan
- Pengikatan bibit
- Penanaman bibit
- Pemeliharaan
- Monitoring rumput laut
4. Budidaya rumput laut kotoni dengan metode rakit bambu apung
Metode rakit apung digunakan untuk Pembesaran Rumput Laut jenis Euchema cotonii dan Eucheuma spinosum.
Metode rakit apung merupakan cara membudidayakan Rumput Laut di kolom air (eupotik) dekat permukaan perairan dengan menggunakan tali yang diikatkan pada konstruksi rakit bambu apung. Urutan kegiatannya meliputi:
- Pemilihan lokasi
- Konstruksi
- Peralatan
- Pengikatan bibit
- Penanaman bibit
- Pemeliharaan
- Monitoring rumput laut
5. Budidaya rumput laut glasilaria dengan metode sebar di tambak
Metode sebar adalah cara produksi rumput laut dengan menebar talus/bibit secara merata pada dasar tambak.
Metode ini dapat digunakan untuk budidaya rumput laut glasilaria yang merupakan rumput laut kelas alga merah (Rhodophyceae). Urutan kegiatannya meliputi:
- Pemilihan lokasi
- Wadah budidaya
- Peralatan
- Bahan
- Persiapan tambak
- Penebaran talus/bibit
- Pemeliharaan
6. Budidaya rumput laut dengan metode jalur (kombinasi)
Metode jalur (kombinasi) digunakan untuk Pembesaran Rumput Laut jenis Euchema cotonii dan Eucheuma spinosum.
Metode jalur (kombinasi) merupakan cara membudidayakan rumput laut di kolom air (eupotik) dekat permukaan perairan dengan menggunakan bambu yang dihubungkan dengan tali PE diameter 0,6 (nol koma enam) mm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 (lima) meter sampai dengan 7 (tujuh) meter per petak. Satu unit metode ini terdiri dari 5 (lima) sampai 8 (delapan) petak. Urutan kegiatannya meliputi:
- Pemilihan lokasi
- Prasarana dan Pembesaran
- Pengikatan bibit
- Penanaman bibit
- Pemeliharaan
7. Budidaya rumput laut dengan metode kantong
Metode keranjang (kantung) digunakan untuk Pembesaran Rumput Laut jenis Euchema cotonii dan Eucheuma spinosum.
Metode keranjang (kantung) merupakan cara membudidayakan Rumput Laut di kolom air (eupotik) dekat permukaan perairan dengan menggunakan kantung jaring bermata jaring 1 (satu) sampai dengan 1,5 (satu koma lima) inchi yang terbuat dari benang PE dengan ukuran D18 sampai dengan D21. Urutan kegiatannya meliputi:
- Pemilihan lokasi
- Prasarana dan Sarana Pembesaran
- Pengikatan bibit
- Penanaman bibit
- Pemeliharaam
8. Hama dan penyakit rumput laut
Terdapat beberapa jenis hama dan penyakit yang dapat menyerang bibit rumput laut. Umumnya yang menyerang bibit rumput adalah penyakit ice-ice dan gulma.KEGIATAN PEMBELAJARAN 4 : PANEN DAN PASCAPANEN KOMODITAS RUMPUT LAUT
1. Panen dan pascapanen Eucheuma sp.
a. Pemanenan
Panen rumput laut perlu dilakukan dengan baik dan benar untuk menjaga kualitas rumput laut. Kandungan karaginan yang mencakup rendemen, viskositas (tingkat kekentalan), kekuatan gel (gel strength) dan kadar abu dipengaruhi oleh perlakukan pemanenan.
b. Penanganan Pascapanen
Selain akses terhadap pasar, kualitas rumput laut yang tinggi juga akan sangat menentukan harga rumput laut. Kualitas rumput laut ini dapat dikontrol dengan cara budidaya, panen, dan penanganan pascapanen yang baik. Standar kualitas rumput laut disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
c. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan cara jemur gantung, atau di atas parapara. Penjemuran dilakukan selama 2-3 hari sampai dengan tingkat kekeringan sesuai standar
d. Pengepakan dan Penyimpanan
Setelah rumput laut kering, sebaiknya bersihkan kembali rumput laut dari kontaminan yang tertinggal kemudian masukkan rumput laut dalam wadah pengepakan
2. Panen dan pascapanen Glasilaria
a. Pemanenan
1) Panen Parsial
Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat Rumput Laut ke darat sedangkan panen dengan metode rawai (long line) dengan cara Rumput Laut dilepas dari tali ris dan diangkat ke dara
2) Panen Total
Panen total adalah panen yang dilakukan secara keseluruhan
b. Pengeringan
Pengeringan rumput laut yang baik dapat menjaga kualitas rumput laut.
c. Pengepakan dan Penyimpanan
Pengepakan dan penyimpanan rumput laut dilakukan setelah rangkaian kegiatan panen dan pscapanen yang lain telah selesai dilakukan. Pengepakan dilakukan untuk mempertahankan mutu rumput laut dan memudahkan proses penyimpanan.
d. Pemasaran dan Pengiriman
Kegiatan pemasaran dan pengiriman rumput laut harus diakukan degan baik untuk memastikan jumlah dan berat serta kualitas rumput laut terjaga dengan baik sampai ke tempat tujuan
3. Teknologi penanganan rumput laut
a. Teknologi penanganan rumput laut kering
1) Pemanenan
Rumput laut dikatakan bermutu baik, jika mempunyai rendemen serta kekuatan gel yang tinggi Salah satu parameter yang sangat menentukan mutu rumput laut adalah umur panen. Umur panen rumput laut untuk jenis Eucheuma 193 cottonii adalah 45 - 55 hari (6 – 8 minggu). Hasil penelitian menunjukan bahwa pada umur tersebut produksi rumput laut paling tinggi dengan rendemen karaginan serta kekuatan gel yang optimal.
2) Pengeringan
Pengeringan rumput laut sebaiknya dilakukan ditempat terbuka jauh dari pemukiman penduduk dekat dengan pantai atau tempat budidaya sehingga cukup mendapat sinar matahari. Pengeringan dapat dilakukan selama 2-3 hari atau kadar air mencapai standar kekeringan untuk rumput laut yang telah ditetapkan SNI yaitu untuk jenis Eucheuma 32 %, Gracilaria 25% dan untuk Sargassum dan Turbinaria sebesar 20%.
3) Pengemasan dan Penyimpanan
Rumput laut yang telah kering selanjutnya dikemas dengan menggunakan kemasan berupa karung plastik atau goni yang bersih dan bebas dari bahan yang berbahaya
b. Teknologi penanganan rumput laut kering alkali
Rumput laut yang telah mendapat proses alkali mempunyai mutu yang lebih baik dibandingkan dengan rumput laut kering biasa. Rumput laut ini diproses dengan cara perendaman rumput laut segar dalam larutan alkali. Perendaman dalam larutan alkali dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan gel pikokoloid yang diperoleh. Prosesnya disebut alkali dingin dan rumput laut yang telah mendapatkan proses perendaman dalam larutan alkali ini disebut dengan Alkali Treated Seaweed.
c. Teknologi penanganan rumput laut kering tawar
Posting Komentar untuk "Potensi Rumput Laut"