Potensi Perikanan Air Payau
Berikut ini beberapa penjelasan secara singkat mengenai potensi perikanan air payau.
Potensi perikanan air payau
1. Mengelompokkan Komoditas Air Payau dan Potensi Perikanan Payau di Indonesia
Komoditas ikan air payau yang berperan menjadi unggulan, diantaranya pertama, komoditas untuk kebutuhan dalam negeri, yaitu bandeng, ikan kerapu macan, kerapu tikus,ikan kakap putih, ikan belanak, udang windu, udang vaname dan kepiting bakau. Kedua, komoditas untuk ekspor, seperti udang vaname, udang windu,kepiting bakau, kerapu dan rumput laut.
Komoditas perikanan air payau yang akan dibudidayakan adalah biota perairan yang telah mengalami domestikasi dalam lingkungan budidaya. Domestikasi adalah pemindahan suatu organisme dari habitat lama ke habitat baru dalam hal ini manusia biasa memperoleh ikan, algae, moluska, krustasea dan lainnya dengan cara mengambil dari alam kemudian dipelihara dalam suatu lingkungan yang terbatas yaitu wadah budidaya.
Ada tiga tahapan domestikasi spesies liar, yaitu :
- mempertahankan agar bisa tetap hidup dalam lingkungan budidaya (wadah terbatas dan terkontrol).
- menjaga agar tetap bisa tumbuh.
- mengupayakan agar bisa berkembangbiak dalam lingkungan budidaya
2. Morfometrik dan Meristik Ikan Bandeng
Morfometrik: Ikan Bandeng (Chanos chanos) jenis ikan yang mempunyai bentuk memanjang, padat, pipih (compress) dan oval. Memiliki tubuh yang panjang, ramping, padat, pipih, dan oval. menyerupai torpedo. Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1 : (4,0-5,2). Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan panjang total adalah 1 : (5,2-5,5). Ukuran kepala seimbang dengan ukuran tubuhnya, berbentuk lonjong dan tidak bersisik. Bagian depan kepala (mendekati mulut) semakin runcing
Meristik: jumlah sisik pada predorsal 39 buah, jumlah sisik keliling badan 266, jumlah tapis insang bagian bawah 280, jumlah tapis insang bagian atas 204 dan tidak mempunyai finlen insang
3. Morfometrik dan Meristik Udang Windu
Morfometrik: udang windu (tubuh udang) terdiri dari kepala, toraks (dada) dan abdomen, namun antaranya kepala dan toraks bersatu dan gabungan keduanya dinamakan sefalotoraks; sehingga tubuh udang windu hanya terdiri dari sefalotoraks dan abdomen. Selain itu memiliki beberapa anggota tubuh yang berpasangan, yakni sungut mini (antenulla), sirip kepala (skopocherit), sungut besar (antenna), rahang (mandibulla), dan alat pembantu rahang (maxilla).
Meristik: mempunyai 2-4 gigi pada bagian tepi ventral rostrum dan 6-8 gigi pada tepi dorsal.
4. Morfometrik dan Meristik Kepiting Bakau
Morfometrik: seluruh tubuhnya yang tertutup oleh cangkang.
Meristik: terdapat enam buah duri diantara sepasang mata, dan sembilan duri disamping kiri dan kanan mata, memiliki sepasang capit, pada kepiting jantan dewasa (kaki yang bercapit) dapat mencapai ukuran dua kali panjang karapas (cangkang keras). Mempunyai tiga pasang kaki jalan, sepasang kaki renang dengan bentuk pipih.
5. Anatomi Ikan Bandeng
Secara garis besar organ ikan bandeng yang mudah diamati adalah seperti otak, limpa, gonad, alat pencernaan, ginjal, gelembung renang, jantung dan hati.
anatomi
Di dalam rongga ikan bandeng terdapat organ-organ, ginjal, gelembung renang sebagai pendeteksi kedalaman air, serta limpa. Namun kadang-kadang limpa sendiri susah untuk diamati sebab limpa dalam beberapa kesempatan terhalang oleh lemak.
6. Anatomi Udang Windu
7. Sistem Pencernaan Udang Windu
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esophagus, lambung, usus, dan anus. Lambung dibedakan atas dua bagian yaitu bagian yang besar (anterior) disebut kamar kardiaka dan yang kecil adalah pylorus. Usus merupakan tabung kecil yang mengarah ke arah posterior tubuh dan bermuara pada anus yang terletak pada permukaan ventral telson. Di dalam usus terjadi penyerapan zat-zat makanan oleh dinding usus. Makanan udang pada prinsipnya adalah hewan-hewan yang masih hidup antara lain, siput, berudu, larva insekta, dan ikan-ikan kecil. Namun udang juga memakan material organik yang membusuk.
8. Sistem Sirkulasi Udang Windu
Alat peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas cairan darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt yang berupa sel-sel ameboid. Fungsi darah yaitu mengangkut material makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut oksigen dari insang menuju jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke insangdan mengangkut urea menuju alat ekskresi
9. Sistem Respirasi Udang Windu
Insang merupakan penjuluran dinding badan yang berbentuk bulu dan mengandung pembuluh darah. Skafognatit (bagian berbentuk sadel) dari maxilla II bergerak ke depan dan ke belakang menarik air yang kaya oksigen menuju ke filamen insang.
10. Sistem Ekskresi Udang Windu Windu
11. Sistem Syaraf Udang Windu
Sistem saraf udang windu mirip cacing tanah, tetapi relative lebih besar. Sistem saraf terdiri atas ganglion supraesofageal (otak) yang bercabang ke sarafsaraf mata, antenula, dan antenna. Sepasang saraf penghubung yang berhubungan dengan ganglion subesophageal yang terletak di belakang mulut bagian ventral.
12. Sistem Reproduksi Udang Windu
Udang bersifat diesius, yang betina memiliki abdomen yang lebih besar di bandingkan yang jantan. Alat reproduksi udangjantan terdiri atas sepasang testis, sepasang vas deferens, dan sepasang vesikula seminalis. Alat reproduksi udang betina terdiri atas sepasang ovari dan sepasang oviduk
13. Sistem Endokrin Udang Windu
Hormon berperan utama dalam mengkoordinasikan fisiologi krustasea. Organ endokrin yang terpenting adalah kompleksX organ sinus gland (XOSG) complexyang terletak dekat saraf optik. Organ endokrin yang terpenting lainnya adalahY organ, terletak pada bagian dasar setiap maksila. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh sistem XOSG adalah molt-inhibiting hormone(MIH). MIH tersebut akan merintangi terjadinya molting dengan menghambat sekresi ekdison dari organ Y
14. Regenerasi dan Autotomi Udang Windu
Udang windu memiliki daya regenerasi pada bagian-bagian tubuh yang rusak atau hilang. Struktur baru tidak selalu sama dengan yang digantikan.
15. Sistem Osmoregulasi
Mekanisme ormoregulasi pada krustasea dapat terjadi lewat dua aktivitasyaitu dengan mempertahankan kemantapan osmolaritas cairan ekstrasel tanpa harus mendekati isoosmotik pada salinitas media, dan menjaga kemantapan osmolaritas cairan intrasel agar tetap isoosmotik dengan cairan ekstraselnya. Kedua mekanisme tersebut dilakukan dengan cara mengatur volume air di dalam cairan ekstrasel serta mengatur pertukaran ionantaracairan intrasel dan ekstrasel.
16. Moulting pada Udang Windu
Molting adalah proses pergantian cangkang pada hewan krustase : udang, kepiting, lobster, dll. dan terjadi ketika ukuran daging udang bertambah besar sementara eksoskeleton tidak bertambah besar karena eksoskeleton bersifat kaku, sehingga untuk menyesuaikan hewan ini akan melepaskan eksoskeleton lama dan membentuk kembali dengan bantuan kalsium.
pembenihan
Posting Komentar untuk "Potensi Perikanan Air Payau"