Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sex Reversal

Perubahan gonad dari betina menjadi gonad jantan dan sebaliknya dari gonad jantan menjadi gonad betina dikenal dengan sex reversal.  Budidaya monosex jantan dapat dilakukan dengan pemberian hormon steroid baik secara oral maupun perendaman.  Pemberian hormon 17 -metiltestosteron (17 -MT) dapat mengubah gonad kelamin ikan betina menjadi jantan atau estradiol (estrogen) untuk mengubah gonad kelamin ikan jantan menjadi betina pada saat sebelum terjadinya diferensiasi kelamin. 

Penerapan sex reversal dapat menghasilkan populasi monosex (kelamin tunggal).  Kegiatan budidaya secara monosex (monoculture) akan bermanfaat dalam mempercepat pertumbuhan ikan.  Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina.  Beberapa ikan yang berjenis jantan dapat tumbuh lebih cepat daripada jenis betina misalkan ikan nila dan ikan lele Amerika. 

Untuk mencegah pemijahan liar dapat dilakukan melalui teknik ini.  Pemijahan liar yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kolam cepat penuh dengan berbagai ukuran ikan. Total biomass ikan tinggi namun kualitasnya rendah.  Pemeliharaan ikan monoseks akan mencegah perkawinan dan pemijahan liar sehingga kolam tidak cepat dipenuhi ikan.  Selain itu ikan yang dihasilkan akan berukuran besar dan seragam. Contoh ikan yang cepat berkembangbiak yaitu ikan nila.

Pada beberapa jenis ikan hias seperti cupang, guppy, kongo dan rainbow akan memiliki penampilan tubuh yang lebih baik pada jantan daripada ikan betina.  Dengan demikian nilai jual ikan jantan lebih tinggi ketimbang ikan betina. Sex reversal juga dapat dimanfaatkan untuk teknik pemurnian ras ikan.  Telah lama diketahui ikan dapat dimurnikan dengan teknik ginogenesis yang produknya adalah semua betina.  Menjelang diferensiasi gonad sebagian dari populasi betina tersebut diambil dan diberi hormon androgen berupa metiltestosteron sehingga menjadi ikan jantan. Selanjutnya ikan ini dikawinkan dengan saudaranya dan diulangi beberapa kali sampai diperoleh ikan dengan ras murni. 

Pada kasus hermaprodit, hormon yang diberikan hanya akan mempercepat proses perubahan sedangkan pada sex reversal perubahannya benar-benar dipaksakan.  Ikan yang seharusnya berkembang menjadi betina dibelokkan perkembangannya menjadi jantan melalui proses penjantanan (maskulinisasi).  Sedangkan ikan yang seharusnya menjadi jantan dibelokkan menjadi betina melalui proses pembetinaan (feminisasi).

Sex reversal dapat dilakukan melalui terapi hormon (cara langsung) dan melalui rekayasa kromosom (cara tidak langsung).  Pada terapi langsung hormon androgen dan estrogen mempengaruhi fenotif tetapi tidak mempengaruhi genotif.  Metode langsung dapat diterapkan pada semua jenis ikan apapun sex kromosomnya. Cara langsung dapat meminimalkan jumlah kematian ikan.  Kelemahan dari cara ini adalah hasilnya tidak bisa seragam dikarenakan perbandingan alamiah kelamin yang tidak selalu sama.  Misalkan pada ikan hias, nisbah kelamin anakan tidak selalu 1:1 tetapi 50% jantan:50% betina pada pemijahan pertama, dan 30% jantan: 70% betina pada pemijahan berikutnya.
Bahar Nurdini
Bahar Nurdini Saya seorang Guru Perikanan di SMK PPN Tanjungsari yang suka dengan Desain Website.

Posting Komentar untuk "Sex Reversal"